Masa depan seperti menyuratiku dalam serakan daun kering di bawah pepohonan. Kerinduan yang mengering, diamuk kemarau. Aku akan tetap berjalan dalam labirin yang tak kutahu mana ujungnya. Yang kutemui kenyataan bertopeng dalam definisi terbalik dengan harapanku.
Aku memilih melangkah kendati bengis mengaum mengancam. Tak peduli menjadi apa nanti. Kenakalan harus ditebus dalam rupa kebanggaan yang sempat tak diperhitungkan.
Orang menilai kita hanya sampah busuk, biarlah. Kemudian ada hari bagi masing-masing orang berjaya, setelah memikul kegelisahan yang hebat. Terpenting, manusia terus belajar memahami diri bahwa pada akhirnya perjalanan harus mengarah menjadi lebih baik. Terlebih bagi lelaki yang kerjanya menyusahkan saja, sepertiku.
Memang kehidupan ini berliku yang kerap menipu pandangan. Kehati-hatian menjadi rambu. Masa lalu menjadi pelajaran berharga.
Orang hanya akan menghargai pencapaian baik saja. Tak usah peduli, proses yang dijalani adalah harta terpenting yang bisa menularkan kepada orang lain makna perjuangan.
Anganku masih liar! Gerakku tak kunjung mencapai.
Hari-hari kedepan merupakan pertarungan penuh strategi atau mati!