Padahal jika dinikmati, maka semua bisa menyenangkan jauh dari apa yang sempat terpikir. Karena dunia memberi banyak hal, ya, banyak hal yang bisa membuat orang merasa menderita atau paling menderita dan merasa bahagia atau paling bahagia.
Sederhananya, manusia memang harus menyederhanakan standard kebahagian itu sendiri. Ini bukan untuk menurunkan martabat atau harga diri. Karena yang terpenting dalam hidup adalah meraih kebahagiaan. Dan dengan menurunkan standar tadi, maka seseorang akan dengan mudah meraih kebahagiaannya.
Belajar dari bahasa orang Jawa, 'legowo'. Tersirat makna yang dalam jika ditelisik lebih dalam. Menerima dengan lapang dada apapun yang diperoleh. Dengan ini kita akan memiliki ketentraman hati, dari situlah dengan mudah akan datang kebahagiaan. Apabila ujian datang dan seseorang hanya terus menerus berkeluh kesah, tak lain yang akan didapat adalah penderitaan yang tak berkesudahan. Sudah menderita jadi tambah menderita.
Dengan kata lain, mendramatisir penderitaan hanya membuat orang menjadikan dirinya sendiri sebagai orang paling menderita. Itu artinya, hidup yang sangat menyedihkan.
Tentu saja dalam kehidupan tidak selalu seorang ditimpa kemalangan nasib atau selalu dihadiahi keberuntungan. Ada kala bernasib baik, di saat tertentu memperoleh kebaikan dan bahagia. Keduanya datang silih berganti, tak terelakkan.
Jika sudah jelas demikian, maka seseorang mestinya menghadapi dengan bijak. Jika sedang bersedih jangan berlebihan, jika sedang bahagia pun sama. Harus ada keseimbangan di antara keduanya.
Sehingga tidak membiasakan berlebihan dalam menghadapi keduanya. Apalagi jika harus berkeluh kesah. Sejatinya keluh kesah adalah tindakan atau sikap tidak menerima nasib. Sungguh angkuh, bukan?
Bukankah antara yang baik dan buruk merupakan wujud dari ujian. Pertanyaannya sekarang, bisakah kita lulus dari dua hal tersebut?
Misal, kita tidak lulus dalam menghadapi kesusahan. Secara logika, kita akan terus diuji sampai lulus, dengan kata lain, kita akan terus diuji dengan ujian yang sama.
Tapi itu logika saya saja ya. Semoga prerogatif Tuhan.
Kita kan manusia yang pada dasarnya memiliki nafsu yang bisa dibilang akan semakin liar dan buas jika tidak dikendalikan. Semua orang ingin selalu bahagia. Padahal jika kita mampu menghadapi kesusahan atau penderitaan, ada titik kebahagiaan yang nilainya tinggi. Ya, sebagaimana misal kita sedang mengikuti suatu tes dengan jumlah peserta yang sangat banyak dan soal yang dihadapi amat rumit, dan dengan susah payah penuh perjuangan, baik persiapan maupun saat pelaksanaan tes, kemudian saat pengumuman, kita berhasi masuk dalam nominasi dan dinyatakan lulus dengan menyingkirkan banyak peserta tadi. Apa yang kita rasakan? Kebahagiaan yang sangat membahagiakan bukan?
Tidak berkeluh kesah juga berarti mensyukuri pemberian Tuhan. mengapa begitu? Sebab semua yang diberikan Tuhan adalah berkah, termasuk kemampuan kita. Kalau berkeluh kesah, artinya kita tidak menggunakan segenap kemampuan itu. Termasuk kemampuan menghadapi kesulitan. Jika kemampuan yang diberikan tidak digunakan, bukankah itu tidak mensyukuri?
Akhir kata, tidaklah layak kita berkeluh kesah. Ingat, setelah kesulitan ada kemudahan.