Hidup mengajarkan kejujuran dan kebohongan, keduanya membuatku mengerti ada ruang-ruang yang belum dapat kumasuki. Kejujuran terlalu terang dan menyilaukan, sedang kebohongan masih kuanggap sebagai gelap yang menutupi sesuatu. Dan aku adalah kebohongan itu, berusaha menutupi kejujuran hidup.
Yang lebih menyedihkan aku begitu puas dengan khayal. Tanpa lebih jauh berpikir bahwa kenyataan jauh lebih menarik untuk dinikmati. Namun kenyataan yang kutempuh memberi kepahitan. Aku harus bagaimana?
Bicara cinta, aku angkat tangan. Tiap resiko bak peluru yang kuanggap dapat sewaktu-waktu menembus dadaku, berani memasukinya artinya berani mengambil resiko. Itu yang tak dapat kulakukan untuk saat ini. Itu yang membuat aku menjadi seorang pembohong, namun tak kunjung beranjak untuk jujur.
Rahasia membentengi keberanianku. Aku gagal menerjemahkan kemauan. Kemauan apa yang bisa membuatku beranjak dari semu yang naif. Aku biarkan saja semua berlalu tanpa jawaban terbaik yang memuaskan. Aku gagal sudah menjadi berani.
Cinta adalah mimpi imajiner bagiku. Perlahan melemparku pada sepi yang dingin, pada kebohongan yang kosong.
Biarlah, aku akan menemukan kemerdekaanku sendiri. Langit akan mulai membicarakan hidupku dan bersolek menyambut hari tersebut. Angin akan mengibarkan cintaku di ujung tiang tertinggi geloraku. Kini kubiarkan diriku mendekam dalam rencana yang mulai renta.