Waktu, adalah hal yang sangat mahal. Kita tak akan dapat membeli waktu barang sedetik pun. Kita telah mendapatkan bagian masing-masing yang tak mungkin dapat melakukan tawar-menawar untuk menambah atau untuk mengundurnya.
Sekarang, aku mulai merasakan bahwa banyak sekali waktu yang selama ini aku sia-siakan dan aku gunakan untuk hal-hal yang tak berguna. Tahun kemaren, satu tahun aku tidak melanjutkan sekolah, dan selama satu tahun itu aku belum bisa memberikan apa-apa untuk orang tuaku, dan sekarang ini aku merasakan betapa pentingnya sebuah pendidikan.
Disinilah aku belajar apa itu hidup dan apa yang harus aku lakukan dalam kehidupanku ini. Aku tak ingin menjalani masalalu yang dingindan sunyi tan hal-hal baru yang menantang. Itulah masa dimana aku remuk, dan masa-masa aku mulai bangkit dari keterpukrukan.
Jika semua itu kembali, mungkin aku akan memperbaiki semua itu, dan tak akan kusia-siakan barang sedetik pun. Semua akan kulewati dengan melakukan hal-hal yang berguna dan bisa menjadikanku lebih bermakna.
Kini kehidupan yang sebenarnya dimulai. Aku kembali mengenyam pendidikan di tempat para cendikiawan berkumpul dan menyelami ilmu sedalam-dalamnya, mencari tahu rahasia hidup dan sudah mulai mencoba mombocorkannya kepada orang banyak.
Begitulah cendikiawan-cendikawan yang aku temui, mereka berbagi karena mereka mengetahui bahwa ilmu yang mereka dapatkan sulit dan tak setiap orang dapat memperolehnya. Cendikiawan-cendikiawan yang tak kikir ilmu, mereka berbagi.
Mereka menuntunku yang buta ini untuk dap[at melihat dunia dengan ilmu. Dan nanti meneruskan perjuangklan untuk membaginya dengan yang lain yang masih buta juga.
Masa kuliah sangat berbeda dengan masa sma yang dulu aku lewati, disini, setiap mahasiswa dituntut kedewasaaanya dalam menyikapi setiap masalah dan menyelesaikannya dengan caara yang bijak. Tidak ada lagi sifat kekanak-kanakan dan manja. Semua harus dapat dilakuakn sendiri, setidaknya dikerjakan sendiri.
Tapi bukan berarti tidak boleh bertanya, justru di haruskan untuk bertanya sebanyak-banyaknya apa yang tidak kita mengerti, masalah mengerjakan tugas atau ujian tetap harus mengutamakan kejujuran, sebab nanti setiap mahasiswa akan terjun di masyarakat, dan sifat kejujuran itu yang menjadi hal yang sangat penting, karena tidak mungkin kita akan bermanfaat jika telah melakukan kebohongan.
Di sini aku merasakan bahwa masa sma masih menjadi masa yang santai, aku menyesal telah menyia-nyiakan waktuku, dan kini aku harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan dengan suasana baru dan kondisi baru. Semua menuntut kedewasaan dan keprofesionalan. Siapa yang giat, dialah yang akan lulus, siapa yang malas, dialah yang akan rugi.
Perjuanganku dimulai. Aku ingin mengatakan sejujurnya agar kau tahu dan tidak memiliki asumsi yang salah lagi, tentang seorang mahasiswa. Terutama sebagai mahasiswa teknik sipil.
Sejak awal propti, ak dan teman-teman yang lain dikenalkan dengan universitas lampung dan apa yang ada, mungkin memang tak sehebat universitas yang lain, tapi aku merasa bangga. Di teknik, mengenal yang namanya senioritas, dimana junior harus tunduk dengan senior, barang siapa yang melawan, dia harus siap untuk menerima resiko. Setiap kesalahan pasti ada sanksinya, dan setiap prestasi pasti ada rewardnya, tinggal pilih yang mana, pilih yang dapat membuat aman atau hancur.
Tapi sebenarnya tak sesadis atau sekejam itu. Buktinya, sekarang ini aku baik-baik saja, dan fakultas teknik kebanjiran peminat. Masalah senioritas adalah bentuk loyalitas senior terhadap senior mereka untuk mendidik adik tingkat, bukan ajang balas dendam, di sini, aku diajarkan bagaimana cara menjadi mahasiswa yang benar-benar mahasiswa, bukanlagi siswa yang manja.
Mereka membuka pikiranku bahwa kenyataan kerja lulusan teknik adalah dunia yang keras dan penuh tantangn. Hidup di teknik mungkin bak hidup di kandang macan bagi orang-porang yang mengecap kesadisan atau kekerasan system senioritas, tapi tidak bagi kami yang sekarang sudah mengenal dunia teknik yang sebenarnya. Bagaimana tidak secara otomatis, kami juga telah menjadi macan, jadi tak lagi khawatir masuk kandang macan, ya kami ini juga macan.
Tapi bukan maksudnya mahasiswa teknik bersifat atau berwatak seperti macan. Kau pun akan menemukan kelembutan dan kasih saying yang hanga dari senior. Jika stu terluka, semua akan bergerak, itu kelebihan teknik yang tidak dimiliki oleh jurusan yang lain. Yang pasti akan ada atmosfer yang berbeda jika menginjakkan kaki di lahan teknik, eentah gemetar atau akagum atau perasaan apapun, yang pasti berbeda dengan yang lain. Tapi perlu akju tegaskan, mahasiswa teknik itu juga manusia biasa, ini hanyalah semacam plakat yang melekat di nama teknik.