Sahabat juga keping-keping rasa yang melengkapi makna dari kesepian. Mereka kata-kata yang terus menerus dibaca dan hapal di ingatan. Suatu waktu, kata-kata itu akan menjadi nasihat atau material dalam membangun struktur karakter.
Tapi sahabat juga sang pemberontak yang ahli dalam menempa jiwa dalam frekuensi yang dapat dengan mudah diterima, meresonansi dan mencipta hal baru, tak lain adalah pelajaran hidup.
Sahabat akan selalu mengalir, tapi suatu ketika akan mengalir bercabang dan berakhir di muara yang berbeda. Tetapi, sahabat yang sejati bisa kau buktikan dengan mencicipi ide-ide cemerlang dan pemikiran yang lezat serta semangat yang bergairah.
Berbagai getir atau pahit-manis pada saatnya akan menjelma bak tinta warna-warni yang jika dilihat akan tampak seumpama lukisan masa lalu. Setiap masing-masing orang dapat sebebas mungkin menerka maknanya, tapi yang pasti semua itu meninggalkan kesan sebagai sebuah kekayaan kisah yang sulit ditaksir harganya.
Panggung masa muda melahirkan banyak aktor yang melekat dalam ingatan. Tak sedikit pula yang menguap.
Menyenangkan sungguh memiliki kekayaan masa lalu semacam itu. Ketika masa kecilku sesak dengan mimpi dan juga kegelisahan. Aku menjadi sosok yang tertutup. Mimpi itu mengurungku dalam kamar dengan perenungan dan pertengkaran batin. Seakan aku hanya bisa membayangkannya saja.
Aku ingin selalu mendekap sahabat-sahabatku meski tangan ini tak cukup untuk menjangkaunya, tapi kerinduan ini akan selalu menjagaku dalam kemurnian yang tak bisa menguap begitu saja. Sahabat adalah perenungan untuk masa depan dan senjata untuk menguasai dunia.
Semampu yang aku bisa. Merawat rasa yang pasti akan melewati banyak musim. Sebisa mungkin aku yang hanya secuil dari mereka setidaknya dapat menangkapi pelajaran penuh makna.
Aku tahu bahwa keberadaan sahabat telah menembangkan perasaanku yang dulu ciut. Mereka telah menjadi lembaran yang penuh warna. Aku yang agak kesulitan mengenali diri sendiri, dituntun dengan kebijaksanaan dan keikhlasan yang jernih. Thanks..