Ahok sudah kalah di Pilkada DKI. Sekitar enam bulan lagi sisa kewajibannya menyelesaikan PR yang rumit dan kompleks untuk sebuah ibukota. Sementara sidang atas kasus penodaan agama tengah menunggu keputusan hakim dengan tuntutan satu tahun penjara dengan dua tahun masa percobaan.
Di ibukota, kita bisa menemukan bermacam orang dengan bermacam karakter dan kepentingan. Di ibukota pula kiranya paling lengkap mewakili orang dari ujung ke ujung negeri ini. Berkumpullah mereka menjalani kehidupan dan harapan yang begitu menggiurkan.
Semua ada di etalase Jakarta.
Sehingga menjadi gubernur DKI bisa dibilang tidak mudah jika dibanding dengan provinsi lain, meski setiap provinsi pun memiliki tantangan yang berbeda.
Bicara Ahok. Bagi saya merupakan bicara masalah kedewasaan berdemokrasi, kejujuran dan integritas.
Lalu, apakah Ahok memiliki itu semua? Toh kenyataannya dia di demo bertubi-tubi. Dicaci dan disudutkan ke sudut paling pengap; politik!
Barangkali, tempat paling aman bagi Ahok adalah sembunyi. Sayang, dia memilih menampilkan diri. Maka tidak heran jika sekecil kutu di rambut Ahok pun akan di zoom agar terlihat jelas. Ibaratnya seperti itu. Apalagi jika ditemukan borok, habislah yang namanya Ahok!
Mengapa demikian? Karena sudah ada kebencian mendalam yang tertuju pada cagub gagal Bangka Belitung dan DKI ini.
Sedikit saja dia memercikkan api, seribu arah selang bersiap menyemprotkan bensinnya.
Sampai saat ini saya masih heran mengapa Pilkada DKI bisa seperti itu. Politisasi ayat dan mayat merupakan hal yang tak layak. Di tambah lagi dengan demo dan beberapa orasi ekstrem yang menurut saya tidak mencerminkan rahmatan lil 'alamin.
Beragama itu kan saling menghormati tanpa memaksakan urusan keyakinan. Dan kekuatan umat Islam justru terletak pada kelembutannya. Sesusah apakah memaafkan itu?
Tetntu saja berat, apalagi jika hati masih sempit. Orang yang mudah meminta maaf atau memaafkan merupakan ciri orang-orang yang penuh kasih sayang. Mungkin mereka ini dekat dengan Tuhan atau hatinya terlalu sayang untuk menjadi tempat menyimpan benci.
Selain urusan politik, benarkah Ahok dibenci?
Menurut saya, intinya Ahok harus kalah! Dia telah menggusur banyak hal, termasuk lumbung padi para mafia.
Semua orang yang melakukan salah harus dihukum, tidak ada kata terkecuali, apalagi hanya seorang Ahok. Hanya saja semua harus sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Semua orang yang melakukan salah harus dihukum, tidak ada kata terkecuali, apalagi hanya seorang Ahok. Hanya saja semua harus sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Karangan Bunga Untuk Ahok: Benarkah Ahok Dibenci?
Kekalahan Ahok telah membuat warga Jakarta bersedih, khususnya para pendukungnya. Di Balai Kota Jakarta terpajang banyak karangan bunga yang jumlahnya ada mungkin angka seribu, itu untuk Ahok dan Djarot yang kalah Pilkada dan dibenci.
Ah, saya jadi bingung, benarkah Ahok dibenci? Benarkah?
Jawabannya benar, tapi tidak bagi semua orang.
Buktinya Ahok dicintai rakyatnya. Karangan bunga di Balai Kota setidaknya menjadi gambaran kecintaan rakyat Jakarta kepada gubernurnya. Suatu kenyataan kejujuran yang tidak dramatistik!